\id ECC \ide UTF-8 \h Pengkhotbah \toc1 Pengkhotbah \toc2 Pengkhotbah \toc3 Pkh. \mt Pengkhotbah \c 1 \s Hidup ini penuh dengan kesia-siaan \p \v 1 Aku, penulis kitab ini,\f + \fr 1:1 \fr*\fk penulis kitab ini \fk*\ft Nama penulis tidak disebut dalam kitab ini, tetapi tradisi ribuan tahun meyakini bahwa penulisnya adalah Salomo. Sejumlah ahli meyakini bahwa kitab ini bukan ditulis oleh Raja Salomo melainkan seseorang yang tidak diketahui namanya. Karena tidak ada bukti yang mendukung kedua pendapat itu, TSI memilih untuk mengikuti tradisi bahwa Salomo adalah penulis Pengkhotbah.\ft*\f* menjabat sebagai raja sekaligus penasihat, yang menggantikan ayahku Daud sebagai raja di Yerusalem. \q1 \v 2 Aku sebagai penasihat menegaskan: Segala sesuatu dalam hidup ini sia-sia dan tidak ada artinya! \q1 \v 3 Karena semua usaha dan kerja keras kita selama hidup di bumi ini \q2 tidak menghasilkan upah yang kekal. \q1 \v 4 Bagaimana pun kita berusaha, tak ada perubahan yang terjadi. \q2 Setiap hari ada yang lahir dan ada yang meninggal. \q2 Sampai generasi baru mengganti generasi lama, \q2 bumi tetap saja sama. \q1 \v 5 Matahari terbit dari timur dan terbenam di barat, lalu kembali lagi ke tempatnya terbit. \q2 Dan begitulah seterusnya. Setiap hari matahari terbit dan terbenam. \q1 \v 6 Angin bertiup dari utara ke selatan, lalu berputar-putar, \q2 dan sambil berputar angin itu kembali ke tempatnya semula. \q2 Dan begitulah seterusnya. Angin kembali bertiup ke arah yang sama. \q1 \v 7 Demikian juga dengan sungai-sungai: \q2 Semua sungai selalu mengalir ke laut, tetapi laut tidak pernah penuh. \q2 Air itu kembali ke hulu sungai. \q2 Dan begitulah seterusnya. Air mengalir lagi ke laut. \b \q1 \v 8 Ya, semua hal ini sangat melelahkan— \q2 sampai tidak ada orang yang sanggup mengungkapkan rasa lelah itu. \q1 Mata kita bisa melihat apa saja, tetapi mata tidak pernah puas melihat. \q2 Telinga kita bisa mendengar apa saja, tetapi telinga tidak pernah puas mendengar. \q1 \v 9 Segala sesuatu yang pernah terjadi akan terjadi lagi, \q2 dan segala sesuatu yang pernah dilakukan akan dilakukan lagi. \q2 Tidak ada yang benar-benar baru di dunia ini. \q1 \v 10 Ada orang yang berkata, “Lihat, hal itu baru terjadi kali ini!” \q2 Tetapi sebenarnya hal semacam itu sudah pernah terjadi \q2 jauh sebelum kita lahir di dunia ini. \q1 \v 11 Orang tidak ingat apa yang sudah terjadi di masa lalu. \q2 Begitu juga, hal-hal yang terjadi sekarang ini tidak akan diingat oleh orang-orang di masa mendatang. \s Memiliki kebijaksanaan ternyata sia-sia \p \v 12 Aku, penulis, sebagai raja Israel yang bertakhta di Yerusalem, \v 13 sudah berusaha dengan segala kebijaksanaanku untuk menyelidiki segala sesuatu yang dilakukan manusia di bumi ini. Dan yang aku temukan adalah bahwa Allah membuat manusia hidup bersusah payah. \v 14 Aku sudah melihat segala sesuatu yang dihasilkan umat manusia di bumi ini, dan ternyata semua itu sia-sia— \q2 sama seperti berusaha menjaring angin, \q2 \v 15 atau seperti menegakkan benang basah,\f + \fr 1:15 \fr*\fk menegakkan benang basah \fk*\ft Bahasa Ibrani menggunakan peribahasa yang secara harfiah berarti ‘Yang sudah bengkok tidak dapat diluruskan.’ Untuk menerangkan bahwa ini adalah usaha yang sia-sia, TSI menggunakan peribahasa: Seperti menegakkan benang basah.\ft*\f* \q2 bahkan seperti menghitung benda yang memang tidak ada. \b \p \v 16 Aku berkata kepada diriku sendiri, “Lihat, aku sudah bertambah bijaksana, sampai melebihi semua raja yang pernah memerintah di Yerusalem sebelum aku. Aku sudah memperoleh banyak kebijaksanaan dan pengetahuan.” \v 17 Kemudian aku memutuskan untuk mendalami segala sesuatu tentang cara hidup bijaksana dan cara hidup yang bodoh. Tetapi akhirnya aku menyadari bahwa penyelidikan itu juga sia-sia— sama seperti berusaha menjaring angin. \q1 \v 18 Karena semakin aku bertambah bijaksana,\f + \fr 1:18 \fr*\fk bijaksana \fk*\ft Dalam kitab Amsal dan Pengkhotbah, Raja Salomo berfokus menekankan kebijaksanaan yang bisa dicari lewat pengalaman atau dengan belajar dari seorang guru. Kebijaksanaan berbeda dengan hikmat, karena hikmat diartikan sebagai sesuatu yang dikaruniakan Allah, bukan dipelajari secara alami.\ft*\f* ternyata aku semakin kecewa. \q2 Dan semakin aku bertambah pengetahuan, ternyata aku semakin sengsara. \c 2 \s Mencari kesenangan adalah sia-sia \p \v 1 Dalam hati aku memutuskan, “Baiklah, aku akan mencari tahu apa manfaat hidup bersenang-senang, dengan menikmati semua yang menyukakan diriku.” Ternyata hidup seperti itu sia-sia. \v 2 Bahkan bagiku tertawa dan bergembira merupakan hal bodoh dan tidak ada manfaatnya. \v 3 Kemudian, karena aku ingin mengetahui cara hidup yang baik selama hidup yang singkat di dunia ini, aku sudah mencoba menyenangkan diriku dengan minum anggur sepuasnya dan melakukan hal-hal bodoh. Sementara aku melakukan hal itu, akal sehatku terus membimbing aku dengan bijak. \p \v 4-6 Dalam penyelidikanku, aku juga sudah melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar: Aku membangun bagiku banyak rumah, membuat banyak kebun anggur, taman yang indah, dan kebun buah dengan segala jenis pohon buah-buahan di dalamnya, juga membuat banyak kolam untuk mengairi pohon-pohon supaya tumbuh menjadi hutan. \v 7 Aku mempunyai banyak budak laki-laki dan budak perempuan— baik yang aku beli maupun yang lahir di rumahku. Aku juga mempunyai kawanan ternak, jauh lebih banyak dibanding siapa pun yang pernah hidup sebelum aku di Yerusalem. \v 8 Aku mengumpulkan emas, perak, dan harta benda hasil pajak dari raja-raja dan daerah-daerah yang aku kuasai. Untuk kesenangan, aku memiliki para penyanyi laki-laki dan perempuan, dan aku juga mempunyai sangat banyak selir yang cantik.\f + \fr 2:8 \fr*\fk sangat banyak selir yang cantik \fk*\ft Frasa terakhir ini dalam bahasa Ibrani sulit ditafsirkan karena kata yang dipakai tidak umum. Kata tersebut bisa berarti ‘selir’ atau ‘kekayaan’, tetapi kebanyakan orang mengartikannya sebagai ‘hasrat seksual’. Karena itu TSI menerjemahkannya sebagai ‘selir yang cantik’.\ft*\f* \p \v 9 Maka aku menjadi orang hebat yang melebihi siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku. Dalam semua hal itu kebijaksanaanku tetap membimbing aku. \v 10 Apa pun yang aku inginkan, aku pasti mendapatkannya. Aku menikmati segala kesenangan apa pun. Aku bersukacita atas semua prestasi yang aku peroleh, karena itulah yang menjadi upah bagiku. \v 11 Namun, ketika aku merenungkan semua hasil dari usaha-usaha yang aku lakukan itu, juga segala jerih lelahku untuk memperolehnya, aku menyimpulkan bahwa semua itu sia-sia— sama seperti berusaha menjaring angin! Di dunia ini segala usaha seperti itu tidak ada untungnya! \s Hidup bijaksana dan hidup bebal \p \v 12 Selanjutnya dalam penyelidikanku, aku mencoba menilai berbagai macam cara hidup bijaksana dan cara hidup yang bodoh. Sebab adakah penerus raja yang bisa melakukan ini lebih baik daripada aku?! \v 13 Kesimpulanku adalah bahwa hidup bijaksana selalu lebih baik daripada hidup dalam kebodohan, sama seperti hidup dalam terang lebih baik daripada hidup dalam kegelapan. \v 14 Orang yang bijak bisa memilih jalan yang benar,\f + \fr 2:14 \fr*\fk bisa memilih … \fk*\ft Bahasa Ibrani menggunakan peribahasa yang secara harfiah berarti ‘mempunyai mata di kepalanya.’\ft*\f* sedangkan orang bebal tidak. Tetapi akhirnya aku menyadari bahwa keduanya menerima nasib yang sama! \v 15 Maka aku berpikir, “Wah, sebagaimana nasib orang bebal, begitu juga yang akan terjadi kepadaku! Kalau begitu, tidak ada manfaatnya aku begitu pintar dan bijaksana! Oh, ternyata ini juga merupakan kesia-siaan!” \v 16 Karena sebagaimana orang bebal akan mati, begitu pula orang bijak akan mati! Dua-duanya tidak akan dikenang lama. Dan di masa yang akan datang, mereka sama sekali dilupakan. \p \v 17 Oleh karena itu aku membenci kehidupan, karena segala hal yang dilakukan di dunia ini menyedihkan dan akhirnya sia-sia— sama seperti berusaha menjaring angin. \s Segala usaha adalah sia-sia \p \v 18 Maka aku juga membenci segala hasil dari usaha dan jerih lelahku di dunia ini, karena semuanya harus aku tinggalkan untuk orang yang akan menggantikan aku. \v 19 Dan apakah dia itu orang bodoh atau orang bijak, aku tidak tahu. Kalau ternyata dia orang bodoh, dia tetap akan berkuasa atas semua hasil jerih lelahku di dunia ini. Sayang sekali! Ini juga sia-sia! \v 20 Aku menjadi putus asa karena segala jerih lelah sepanjang hidupku di dunia ini sia-sia. \p \v 21 Bila kita bekerja keras dengan memakai segala kebijaksanaan, pengetahuan, dan keahlian kita, tidak adil kalau kita terpaksa meninggalkan semuanya itu bagi orang yang tidak pernah bekerja untuk mendapatkannya! Hal ini merupakan kesia-siaan dan sangat menyedihkan! \v 22 Jadi aku bertanya: Apa untungnya kita bekerja keras dan bersusah-susah sepanjang hidup di dunia ini?! \v 23 Setiap hari kita merasa sedih dan tersiksa karena bekerja begitu berat, dan di malam hari tidak bisa tidur nyenyak karena gelisah. Semua itu juga sia-sia! \p \v 24 Jadi, aku menyimpulkan bahwa jalan terbaik bagi kita adalah menikmati makanan, minuman, dan pekerjaan serta hasilnya. Aku pun menyadari bahwa hal-hal itu memang diberikan Allah untuk kita nikmati. \v 25 Sebab tanpa Dia kita tidak dapat menikmati apa pun— baik makanan, minuman, atau hal lain yang menyenangkan. \v 26 Dan kalau kita menyenangkan hati Allah, tentu saja Dia akan mengaruniakan kepada kita kebijaksanaan, pengetahuan, dan kebahagiaan. Tetapi kalau kita berbuat dosa terhadap Allah, Dia akan menghukum kita sehingga kita bekerja keras mengumpulkan harta yang nantinya diberikan kepada orang yang menyenangkan hati-Nya. Ini juga sia-sia— sama seperti berusaha menjaring angin! \c 3 \s Allah sudah menentukan segala sesuatu tepat pada waktu-Nya \q1 \v 1 Segala hal di dunia ini berlangsung dalam waktu yang sudah ditentukan, \q2 dan untuk setiap hal ada saat yang tepat. \q1 \v 2 Ada waktu untuk dilahirkan, dan ada waktu untuk mati. \q2 Ada musim tanam, dan ada musim panen. \q1 \v 3 Ada saat tertentu untuk membunuh, dan ada waktu untuk menyembuhkan. \q2 Ada waktunya untuk merobohkan bangunan, dan ada waktunya untuk membangun yang baru. \q1 \v 4 Ada saat tertentu untuk menangis dan ada pula saat untuk tertawa. \q2 Ada waktu berdukacita dan ada waktu bersukacita. \q1 \v 5 Ada waktu untuk membuang batu-batu, dan ada waktu untuk mengumpulkan batu. \q2 Ada waktu untuk memeluk, dan ada waktu harus menahan diri untuk tidak memeluk. \q1 \v 6 Ada waktu untuk mencari, tetapi juga ada waktu untuk merelakannya hilang. \q2 Ada waktu untuk menyimpan, dan ada waktu untuk membuang. \q1 \v 7 Ada waktu untuk merobek pakaian karena kesedihan,\f + \fr 3:7 \fr*\fk karena kesedihan \fk*\ft Biasanya merobek pakaian dilakukan untuk menunjukkan kesedihan yang sangat mendalam. Tetapi merobek pakaian juga bisa dilakukan karena kemarahan besar atas seseorang atau bangsa lain yang menghina Allah Israel.\ft*\f* dan ada waktu untuk membuat pakaian yang baru. \q2 Ada saat yang tepat untuk diam, dan ada saat yang tepat untuk berbicara. \q1 \v 8 Ada waktu yang tepat untuk mengasihi, tetapi juga ada waktu untuk membenci. \q2 Akan ada waktu untuk berperang, dan akan ada waktu untuk berdamai. \b \p \v 9 Sebenarnya, apa manfaat yang manusia peroleh dari segala kerja kerasnya? \v 10 Aku sudah melihat bahwa Allah membuat manusia hidup bersusah payah. \v 11 Allah sudah mengatur supaya setiap hal terjadi tepat pada saat yang sudah ditentukan-Nya. Dia memberi manusia keinginan untuk mengetahui masa depan yang kekal, namun tidak seorang pun yang sanggup memahami apa yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. \v 12 Akhirnya aku menyadari bahwa tidak ada hal yang lebih baik bagi manusia selain bersukacita atas segala sesuatu yang kita nikmati selama kita hidup. \v 13 Jadi menikmati makanan, minuman, dan pekerjaan serta hasilnya adalah berkat dari Allah. \v 14 Aku menyadari bahwa apa pun yang sudah ditetapkan Allah adalah kekal untuk selamanya. Tidak ada yang bisa menambah ataupun menguranginya. Hal ini Allah lakukan agar manusia menghormati-Nya. \v 15 Apa yang terjadi sekarang sudah terjadi sejak dulu. Dan segala hal yang akan terjadi, juga sudah terjadi sejak dulu. Allahlah yang menentukan demikian, supaya apa yang sudah terjadi akan berulang kembali. \s Ketidakadilan selalu ada di dunia ini \p \v 16 Aku juga melihat bahwa hal-hal yang terjadi di dunia ini sering tidak adil. Di mana seharusnya keadilan ditegakkan dan orang-orang hidup benar, di situ malah kejahatan dan kecurangan sering terjadi. \v 17 Aku berkata dalam hati: Jadi, karena Allah sudah menetapkan segala kejadian, berarti akan tiba saatnya Allah mengadili setiap orang— baik yang benar maupun yang jahat. \v 18 Lalu aku berpikir, “Ternyata Allah sedang menguji manusia, supaya mereka sadar bahwa hidup ini tidak berbeda dari hidup hewan!” \v 19 Nasib manusia dan hewan sama. Manusia dan hewan sama-sama punya nafas dan pasti akan mati. Manusia tidak memiliki kelebihan dibandingkan hewan. Hidup ini memang sia-sia! \v 20 Karena pada akhirnya baik tubuh manusia maupun hewan akan menuju ke tempat yang sama. Semua makhluk hidup berasal dari tanah dan akan kembali lagi menjadi tanah.\x + \xo 3:20 \xo*\xt Kej. 2:7\xt*\x* \v 21 Siapakah yang tahu apakah roh manusia naik ke atas sedangkan roh hewan turun ke bumi?! \v 22 Jadi aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia selain menikmati pekerjaan serta hasilnya. Hanya itulah upah kita. Karena masing-masing kita tidak mungkin tahu apa yang akan terjadi setelah kita tak ada lagi di dunia ini. \c 4 \p \v 1 Lalu aku memperhatikan segala penindasan yang terjadi di dunia ini. Betapa menyedihkan: Orang-orang yang tertindas menangis karena begitu berkuasanya para penindas mereka, dan tidak ada yang menghibur mereka. \v 2 Jadi menurutku orang-orang yang sudah meninggal lebih beruntung daripada yang masih hidup. \v 3 Namun, sebenarnya yang lebih beruntung lagi adalah mereka yang belum ada dan belum melihat berbagai macam kejahatan yang dilakukan di dunia ini. \v 4 Aku juga menyaksikan banyak orang berjerih payah untuk mencapai suatu keberhasilan hanya karena terdorong oleh iri hati kepada orang lain. Memang hal itu juga sia-sia— sama seperti berusaha menjaring angin! \b \q1 \v 5 Orang bebal duduk berpangku tangan— \q2 tidak bekerja dan membiarkan dirinya kelaparan. \q1 \v 6 Lebih baik memiliki sedikit harta disertai ketenangan, \q2 daripada banyak harta tetapi bersusah payah \q2 dalam bekerja— seperti berusaha menjaring angin. \s Bekerjasama lebih menguntungkan \p \v 7 Inilah juga contoh kesia-siaan yang meresahkanku di dunia ini: \v 8 Ada orang yang hidup sendiri tanpa anak dan saudara. Tanpa hentinya dia bekerja keras dan tidak pernah puas dengan hartanya. Orang itu berkata dalam hatinya, “Untuk apa aku tidak bersenang-senang dengan hasil jerih payahku? Waktu aku mati, tidak ada keluarga dekat yang akan mewarisi semua kekayaanku ini!” \p Betapa sia-sianya kehidupan itu! Sangat menyedihkan! \p \v 9 Berdua lebih baik daripada seorang diri saja, karena mereka memperoleh upah yang lebih baik dari hasil kerja keras mereka. \v 10 Dan apabila salah satu dari mereka jatuh, maka yang lain bisa menolongnya untuk berdiri. Tetapi betapa menyedihkan apabila seseorang yang hanya sendirian jatuh, sebab tidak ada yang menolongnya untuk berdiri. \v 11 Bila dua orang tidur berdampingan, mereka bisa saling menghangatkan. Tetapi bila hanya seorang diri, sulit baginya untuk merasa hangat. \v 12 Umpama dalam perkelahian, seorang diri saja akan mudah dikalahkan musuh. Tetapi kalau berdua, lebih mungkin mereka mampu bertahan. Tiga orang akan lebih kuat lagi— seperti tiga utas tali yang dijalin menjadi satu akan sulit diputuskan. \s Menjadi raja pun sia-sia \p \v 13 Lebih baik seorang pemuda yang miskin sejak lahir tetapi bijak, daripada raja tua yang bebal dan tidak lagi mau menerima nasihat. \v 14 Sebab pemuda seperti itu dapat keluar dari kemiskinan dan berhasil— meskipun dia pernah dipenjarakan. Dia bahkan bisa menjadi raja. \v 15 Raja tua itu suatu saat akan digantikan oleh pemuda yang bijak itu, dan semua orang mendukungnya sebagai raja. \v 16 Sekalipun raja itu berkuasa atas begitu banyak orang hingga tak terhitung jumlahnya, generasi di masa depan tidak akan mengenang atau menghormati dia. Maka menjadi raja pun sia-sia, sama seperti berusaha menjaring angin! \c 5 \s Jangan seperti orang bebal \p \v 1 Ketika pergi ke rumah TUHAN, dengarkanlah apa yang diajarkan dan perhatikanlah baik-baik apa yang harus kamu lakukan. Jangan berbuat seperti orang bebal, yang hanya mempersembahkan kurban kepada TUHAN tanpa mengetahui arti dari persembahan itu.\f + \fr 5:1 \fr*\fk arti dari persembahan … \fk*\ft Frasa ‘tanpa mengetahui arti dari persembahan itu sendiri’ merupakan informasi tersirat yang dibuat tersurat, supaya pembaca mengerti apa kesalahan orang bebal saat mempersembahkan kurban kepada TUHAN. (Lihat 1Sam. 15:22.)\ft*\f* Dengan demikian, tanpa sadar mereka melakukan kejahatan. Lebih baik mendengar ajaran di rumah TUHAN daripada memberikan persembahan seperti orang bebal. \v 2 Janganlah terbawa emosi sampai terburu-buru bersumpah kepada Allah untuk melakukan sesuatu. Pikirkan baik-baik terlebih dulu!\f + \fr 5:2 \fr*\fk Janganlah … \fk*\ft Terjemahan harfiah dua kalimat pertama adalah, “Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu cepat-cepat mengutarakan sesuatu di hadapan Allah.”\ft*\f* Karena Allah ada di surga dan kamu di bumi. Jadi biarlah doamu singkat saja. \p \v 3 Semakin banyak masalah dan kecemasan, tidur semakin terganggu oleh mimpi buruk. Semakin banyak bicara, semakin banyak mengucapkan kata-kata yang tidak berguna dan tidak masuk akal. \p \v 4 Allah tidak suka sumpah orang bebal. Maka janganlah menjadi seperti orang bebal. Kalau kamu bersumpah untuk melakukan sesuatu bagi Allah, jangan menunda-nunda untuk menepatinya. Tepatilah sumpahmu itu! \v 5 Lebih baik kamu tidak bersumpah sama sekali, daripada bersumpah tetapi tidak melakukannya. \v 6 Janganlah berdosa dengan mulutmu!— sehingga pada saat petugas rumah TUHAN datang untuk menuntut kamu menepati janjimu itu, kamu menyangkal sumpahmu dengan berkata, “Maaf, ucapan saya keliru. Saya tidak bermaksud mengucapkan janji itu.” Jangan sampai Allah marah kepadamu dan menghancurkan segala hasil usahamu. \p \v 7 Karena sebagaimana banyak bermimpi tidak ada artinya dan banyak bicara tidak ada gunanya, lebih baik takut dan hormat kepada Allah daripada bersumpah tetapi tidak menepatinya. \s Memiliki kekayaan pun sia-sia \p \v 8 Jangan heran jika kamu melihat pejabat menindas rakyat miskin, merampas hak-hak mereka, dan tidak memberi keputusan yang adil. Hal itu terjadi karena setiap pejabat yang melakukan demikian mempunyai kesepakatan dengan atasannya, dan keduanya mempunyai kesepakatan pula dengan atasannya yang lebih tinggi lagi. \v 9 Demikianlah rakyat selalu ditekan supaya membayar uang suap kepada berbagai tingkat pejabat, sampai akhirnya raja pun mendapat bagian.\f + \fr 5:9 \fr*\fk raja pun mendapat bagian \fk*\ft Teks Ibrani dalam ayat ini sangat sulit, sehingga bisa diartikan dengan banyak cara. TSI mengikuti salah satu bentuk penafsiran. Terjemahan harfiah ayat ini adalah, “Keuntungan suatu negeri diambil oleh semua. Raja pun dilayani dari ladang-ladang.”\ft*\f* \p \v 10 Bila kamu mencintai uang dan berusaha menimbun harta kekayaanmu, kamu tidak akan pernah puas dengan apa yang kamu miliki. Ini juga usaha yang sia-sia. \v 11 Semakin kamu bertambah kaya, semakin banyak orang akan bergabung bersamamu untuk ikut menghabiskan kekayaanmu itu. Akhirnya tidak ada manfaat menjadi kaya selain menyaksikan kekayaanmu semakin berkurang setiap hari. \p \v 12 Orang yang bekerja keras sepanjang hari bisa tidur dengan nyenyak— entah dia makan sedikit ataupun banyak. Tetapi orang kaya tidak bisa tidur nyenyak karena terus merasa kuatir dengan harta kekayaannya. \p \v 13 Ada dua hal lagi yang sangat menyedihkan yang sudah aku lihat di dunia ini: Orang yang berhasil mengumpulkan harta kekayaan, tetapi kekayaan itu hanya mendatangkan kemalangan dan kesengsaraan bagi dirinya. \v 14 Ada juga orang kaya yang mengalami kegagalan dalam usahanya, sehingga hartanya berkurang sampai dia tidak punya apa-apa lagi untuk diwariskan kepada anaknya. \v 15 Sebagaimana kita lahir telanjang, demikianlah kita tidak akan membawa harta apa pun saat meninggalkan dunia ini. \p \v 16 Ini benar-benar menyedihkan: Sebagaimana kita datang ke dalam dunia, demikian jugalah kita meninggalkan dunia ini! Keuntungannya tidak ada! Bukankah itu seperti orang yang bersusah payah tetapi tidak mendapatkan apa-apa?! \v 17 Selama hidup di dunia ini kita hanya mengalami kemalangan, kesulitan, berbagai penyakit, dan kemarahan. \p \v 18 Oleh karena semuanya itu, inilah kesimpulan dan nasihatku: Lebih baik kita menikmati makanan, minuman, pekerjaan serta hasilnya, karena itulah upah yang diberikan Allah kepada kita selama hidup yang sementara di dunia ini. \v 19 Selain itu, kalau Allah mempercayakan berbagai harta dan ladang untuk kita miliki, dan kalau Dia mengizinkan kita untuk menikmati semuanya, hal itu merupakan berkat besar dari-Nya. \v 20 Jika Allah memberkati kita sedemikian hingga kita disibukkan untuk menikmati hidup, maka kita tidak akan cemas oleh kesadaran bahwa hidup ini terlalu singkat! \c 6 \p \v 1 Aku sudah melihat ada satu kenyataan yang sangat menyedihkan dan menekan batin manusia di bumi ini: \v 2 Allah membuat seseorang kaya raya dan terhormat sampai dia tidak kekurangan apa pun, tetapi Allah tidak mengizinkan dia menikmati kekayaannya itu. Pada akhirnya orang lainlah yang menikmatinya! Kemalangan dan kesia-siaan ini sangat menyedihkan. \p \v 3 Meskipun ada orang kaya yang memiliki seratus anak, dan dia hidup lama hingga sangat tua, tetapi kalau kekayaannya itu tidak membuat dia puas, dan kalau waktu dia mati tidak dikuburkan dengan layak, maka aku berkata, “Jauh lebih baik jika dia sudah mati pada waktu dilahirkan!” \v 4 Sebab kelahiran bayi yang sudah mati tidak ada artinya. Langsung saja dia masuk ke dalam gelapnya kubur. Dia bahkan tidak perlu memiliki nama. \v 5 Walaupun dia tak pernah melihat cahaya matahari dan tidak tahu apa-apa tentang kehidupan manusia di dunia ini, dia bisa beristirahat dengan lebih tenang daripada orang kaya tadi. \v 6 Biarpun orang kaya itu hidup sampai dua ribu tahun, tetapi kalau dia tidak dapat menikmati kekayaannya, maka semuanya itu percuma saja! Karena akhir hidup selalu sama, yaitu mengalami kematian. \p \v 7 Dengan susah payah kita bekerja supaya mendapat sesuatu untuk dimakan, namun tetap saja kita tidak pernah merasa puas! \v 8 Jadi, baik orang bijak maupun orang bebal tidak ada bedanya! Ada orang miskin yang berperilaku baik di hadapan orang, tetapi perilaku baiknya itu tidak punya manfaat apa-apa. Sebab pada akhirnya sesudah mati, mereka semua tidak ada bedanya. \p \v 9 Ya, lebih baik menikmati apa yang ada padamu, daripada menginginkan sesuatu yang tidak kamu miliki. Semuanya itu sia-sia— sama seperti berusaha menjaring angin! \s Allah menentukan nasib manusia \p \v 10 Segala sesuatu yang terjadi sudah ditentukan Allah sejak semula. Kita hanya manusia yang lemah dan tidak pantas untuk membantah Allah Pencipta kita.\f + \fr 6:10 \fr*\fk membantah Allah … \fk*\ft Terjemahan harfiahnya adalah, “Seseorang tidak akan mampu berbantah dengan orang yang lebih kuat daripadanya.”\ft*\f* \p \v 11 Semakin kita berbantah-bantahan tentang nasib kita, semakin sia-sia perkataan kita. Percuma! \p \v 12 Dalam masa hidup yang sementara dan sia-sia ini, tidak seorang pun mengetahui cara hidup yang paling baik. Sebab tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di dunia ini sesudah dia mati. \c 7 \s Hidup bijaksana \q1 \v 1 Lebih baik mempunyai nama baik daripada harta mewah berupa wewangian yang mahal. \q2 Demikian pula, hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran. \q1 \v 2 Lebih baik hadir di rumah duka daripada menghadiri pesta, \q2 sebab di rumah duka kita akan merenungkan bahwa maut menunggu kita semua. \q1 \v 3 Lebih baik hidup dalam kesedihan daripada bersenang-senang, \q2 sebab dalam kesedihan kita bisa belajar menjadi lebih dewasa. \q1 \v 4 Setiap hari orang bebal hanya mencari kesenangan, \q2 tetapi orang bijak merenungkan tentang kematian. \b \q1 \v 5 Lebih baik mendengar teguran dari orang bijak \q2 daripada pujian orang bebal. \q1 \v 6 Seperti bunyi ranting semak duri yang dibakar di bawah kuali, bunyinya keras tetapi apinya cepat padam, \q2 demikianlah tawa orang bebal adalah sia-sia. \b \q1 \v 7 Orang bijak yang ditindas bisa menjadi seperti orang bodoh. \q2 Uang suap dapat merusak pikiran seseorang sehingga dia mengubah keputusannya. \b \q1 \v 8 Menyelesaikan sesuatu lebih baik daripada hanya memulainya. \q2 Panjang sabar lebih baik daripada sombong. \b \q1 \v 9 Jangan cepat marah, \q2 karena orang beballah yang menyimpan kemarahan. \b \q1 \v 10 Janganlah bertanya, “Mengapa keadaan yang dulu lebih baik daripada sekarang?” \q2 Itu adalah pertanyaan bodoh. \b \q1 \v 11 Menjadi bijaksana sama baiknya dengan menerima warisan besar. \q2 Namun keunggulannya: Kebijaksanaan berguna seumur hidup. \q1 \v 12 Hidup bijak sama seperti memiliki uang— keduanya dapat memberi perlindungan. \q2 Namun, kelebihan hidup bijak adalah dapat menyelamatkan nyawamu. \b \q1 \v 13 Perhatikan apa yang sudah Allah lakukan! \q2 Tidak seorang pun dapat mengubah apa yang sudah ditetapkan-Nya.\f + \fr 7:13 \fr*\fk Tidak seorang pun … \fk*\ft Terjemahan harfiah kalimat ini adalah, “Sebab siapakah yang dapat meluruskan apa yang sudah dibengkokkan-Nya?”\ft*\f* \q1 \v 14 Ketika hidupmu senang, bergembiralah. \q2 Tetapi ketika hidupmu mengalami kesusahan, \q3 ingatlah bahwa Allah yang memberikan kesenangan dan kesusahan. \q2 Allah sudah mengatur semuanya sehingga tidak seorang pun bisa tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dalam hidupnya. \s Orang yang bijaksana sulit ditemukan \p \v 15 Dalam hidupku yang sia-sia ini aku sudah melihat dua hal yang tidak aku sukai. Terkadang, seseorang yang baik mati muda, walaupun dia sudah berbuat baik selama hidupnya. Sebaliknya, seseorang yang jahat hidup sampai tua, walaupun dia tetap berbuat jahat. \v 16 Jadi inilah nasihatku: Dalam hidup ini, janganlah merasa dirimu paling benar di hadapan Allah, dan janganlah merasa paling bijak. Karena dengan demikian kamu akan menghancurkan dirimu sendiri! \v 17 Janganlah juga menyerahkan hidupmu hanya untuk melakukan kejahatan dan kebodohan. Itu hanya akan membuatmu lebih cepat mati! \v 18 Lakukanlah nasihatku itu, karena setiap orang yang takut dan hormat kepada Allah melakukannya. \b \q1 \v 19 Jadilah bijaksana! \q2 Karena kekuatan orang bijak melebihi kekuatan sepuluh orang pemimpin di kotanya. \b \q1 \v 20 Di bumi ini tidak ada orang benar \q2 yang selalu berbuat baik dan tidak pernah berdosa. \b \q1 \v 21 Jangan suka mendengarkan pembicaraan orang secara diam-diam, \q2 supaya kamu tidak mendengar pelayanmu menjelekkanmu! \q2 \v 22 Ingatlah bahwa kamu juga sering menjelekkan orang lain! \b \p \v 23 Tentang segala hal di atas aku sudah berusaha meneliti dengan sangat tekun, karena pikirku, “Biar aku menjadi orang yang paling bijak.” Tetapi aku merasa masih jauh dari hasil pencarian itu. \v 24 Kebijaksanaan tentang hal-hal tersebut masih jauh dariku dan terlalu sulit untuk ditemukan. \v 25 Namun, aku terus mencari dan belajar tentang kedua hal ini: Berusaha untuk menjadi bijaksana serta menemukan alasan mengapa segala sesuatu terjadi. Aku berusaha untuk membuktikan bahwa berbuat jahat merupakan kebebalan. Hanya orang gila yang akan terus hidup dengan bodoh. \p \v 26 Aku melihat bahwa ada perempuan yang suka menggoda laki-laki bagaikan perangkap, dan kedua tangannya seperti rantai besi. Lebih baik mati daripada tertangkap oleh perempuan seperti itu! Orang berdosa akan masuk dalam perangkapnya, tetapi orang yang ingin menyenangkan hati Allah akan terhindar. \p \v 27 Sesudah menyelidiki kedua hal tersebut dari berbagai segi, aku— penulis yang juga penasihat, ingin menyimpulkan hasil penyelidikanku, yaitu: \v 28 Aku tidak menemukan apa yang aku cari! Di antara seribu orang laki-laki, aku pernah menemukan seorang yang bijaksana dan patut dihormati. Tetapi aku belum menemukan seorang pun perempuan yang bijaksana. \v 29 Satu hal yang aku pelajari adalah bahwa Allah memang menciptakan manusia untuk hidup benar, tetapi kita sendirilah yang mengambil jalan berliku-liku. \c 8 \q1 \v 1 Hanya orang bijak yang bisa memahami apa yang terjadi dalam hidup ini. \q1 Kebijaksanaan terpancar di wajahnya— mengubah wajahnya yang keras menjadi lembut. \s Ketaatan kepada raja \p \v 2 Taatilah perintah raja karena kamu sudah berjanji di hadapan Allah untuk melakukannya. \v 3 Apabila kamu menghadap raja, janganlah terburu-buru pergi sebelum diizinkannya. Dan janganlah berpihak kepada orang-orang yang melawan raja. Karena kalau raja tidak lagi berkenan kepadamu, berbahaya!\f + \fr 8:3 \fr*\fk Dan janganlah berpihak … berbahaya! \fk*\ft Teks Ibrani dalam ayat ini sangat sulit, sehingga bisa diartikan dengan banyak cara. TSI mengikuti salah satu bentuk penafsiran. Terjemahan harfiahnya adalah, “Jangan terburu-buru dari hadapannya ke luar. Jangan berdiri pada masalah jahat, karena semua yang dikehendakinya akan dia lakukan.”\ft*\f* \v 4 Raja memiliki kuasa tertinggi untuk memberi perintah. Tidak ada seorang pun yang dapat melawan dan membantah perintahnya. \v 5 Tetapi selama kamu menaati perintah raja, kamu akan selamat. Jika kamu bijaksana, kamu akan mengetahui kapan waktunya dan bagaimana caranya melakukan apa yang benar. \v 6 Sekalipun kamu mengalami banyak kesulitan, selalu ada waktu dan cara yang tepat untuk memenuhi tanggung jawabmu sesuai perintah raja. \p \v 7 Tidak seorang pun dapat mengetahui dan memberitahukan apa yang akan terjadi di masa mendatang. \q1 \v 8 Tidak ada seorang pun yang dapat mengendalikan angin, \q2 demikian juga kita tidak dapat menghindari hari kematian. \q1 Seorang tentara tidak mungkin diizinkan pulang pada waktu sedang perang. \q2 Demikian juga, kalau kita berbuat jahat, kita tidak bisa membebaskan diri dari hukuman dengan melakukan kejahatan yang lain. \s Kenyataan hidup yang sulit dimengerti \p \v 9 Ketika aku berusaha memahami segala hal yang terjadi di dunia ini, aku memperhatikan beberapa hal: Sering kali ketika seseorang berkuasa atas orang banyak, dia justru mendatangkan kesusahan dan penderitaan bagi orang-orang yang dipimpinnya itu.\f + \fr 8:9 \fr*\fk bagi orang-orang … \fk*\ft Teks dalam bahasa Ibrani juga dapat diartikan ‘mendatangkan kesusahan dan penderitaan bagi dia yang menguasai mereka.’\ft*\f* \v 10 Aku juga beberapa kali menghadiri perkabungan bagi orang jahat yang mati. Pada hari perkabungan, semua orang di kota itu melupakan semua kejahatannya dan hanya menceritakan bahwa mereka sering melihat dia di halaman rumah TUHAN. Ini pun sia-sia dan tidak masuk akal.\f + \fr 8:10 \fr*\fk tafsiran ayat 10 \fk*\ft Teks Ibrani dalam ayat ini sangat sulit, sehingga bisa diartikan dengan banyak cara. TSI mengikuti salah satu bentuk penafsiran. Terjemahan harfiahnya adalah, “Dengan demikian aku sudah melihat orang jahat dikuburkan. Mereka datang masuk dan ke luar dari tempat suci. Mereka pergi dan akan dilupakan di kota di mana mereka berbuat kejahatan. Ini pun sia-sia.”\ft*\f* \v 11 Setiap kali orang jahat tidak segera dihukum atas kejahatannya, hal itu akan mendorong orang lain untuk melakukan kejahatan juga. \v 12 Aku memperhatikan bahwa orang jahat bisa ratusan kali melakukan kejahatan berat, tetapi masih berumur panjang. Biarpun demikian, aku tetap yakin bahwa lebih baik kita takut dan hormat kepada Allah daripada meniru orang jahat. \v 13 Sebenarnya orang jahat pasti akan mengalami kesusahan karena tidak takut dan hormat kepada Allah. Seperti bayang-bayang ketika matahari terbenam, hidup mereka hanya sementara. \p \v 14 Aku juga memperhatikan kesia-siaan yang sering terjadi di dunia ini: Kecelakaan atau kemalangan justru terjadi kepada orang yang hidup benar, sedangkan orang jahat berhasil tanpa mengalami persoalan. Ini sungguh sia-sia! \s Orang bijak pun tidak menemukan jawaban \p \v 15 Jadi, aku sarankan untuk bersenang-senang dalam hidup ini! Karena tidak ada yang lebih baik yang dapat kita lakukan selain makan, minum dan menikmati hidup ini. Setidaknya kita masih dapat menikmati hal-hal itu selama kita bersusah payah dalam hidup yang diberikan Allah kepada kita di dunia ini. \p \v 16 Aku sudah berusaha mendapatkan kebijaksanaan tentang segala jerih payah yang dilakukan manusia di dunia ini siang dan malam. \v 17 Namun, akhirnya aku menyadari bahwa tidak seorang pun dapat mengerti segala yang Allah lakukan di dunia ini. Dengan semua usaha, manusia tidak dapat menemukan jawabannya. Sekalipun ada orang bijak yang mengatakan bahwa dia sudah menemukan jawabannya, sesungguhnya dia tidak memahaminya. \c 9 \s Semua orang pasti mati \p \v 1 Jadi aku merenungkan semua hal tersebut dan menyimpulkan bahwa apa yang akan terjadi terhadap orang benar, orang bijak, dan semua hasil pekerjaan mereka, sudah ditentukan oleh Allah. Tidak ada yang tahu mereka akan dikasihi atau dibenci sebelum hal itu terjadi. \q1 \v 2 Nasib yang sama terjadi kepada semua orang— \q2 baik orang benar maupun orang jahat, \q2 baik orang najis maupun orang tidak najis, \q2 baik orang yang mempersembahkan kurban maupun yang tidak mempersembahkan kurban. \q1 Hal yang sama juga menimpa siapa saja— \q2 termasuk orang baik, orang berdosa, \q2 orang yang berani bersumpah untuk memberikan sesuatu kepada Allah, dan orang yang takut bersumpah. \p \v 3 Hal ini memang tidak adil dan sangat menyedihkan: Nasib yang sama menimpa setiap orang! \p Selama hidup di dunia ini, hati dan pikiran manusia penuh dengan kejahatan dan kebebalan, bahkan sampai mereka mati. \v 4 Tetapi selama kita hidup, kita masih memiliki harapan. Keadaan kita boleh diibaratkan seperti ini: Lebih baik seekor anjing yang masih hidup daripada singa yang sudah mati. \p \v 5 Karena kita yang hidup tahu bahwa kita akan mati. Tetapi mereka yang sudah mati tidak tahu apa-apa. Mereka tidak dapat memperoleh apa-apa lagi, bahkan tak ada lagi yang mengenang mereka. \v 6 Kasih sayang, kebencian, dan iri hati yang mereka rasakan selama masih hidup, semuanya lenyap dengan kematian mereka. Untuk selama-lamanya mereka tidak bisa lagi terlibat dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang hidup di dunia ini. \v 7 Jadi nikmatilah makananmu dan anggurmu\f + \fr 9:7 \fr*\fk nikmatilah makananmu dan anggurmu \fk*\ft Terjemahan harfiahnya adalah, “Nikmatilah rotimu dan bersukacitalah dengan anggurmu.” Maksud kalimat ini adalah seseorang boleh menikmati makanan dan minuman sebagaimana biasanya. Jadi, tidak ada indikasi untuk berpesta pora atau mabuk-mabukan.\ft*\f* selama masih hidup, karena hal itu berkenan kepada Allah. \v 8 Biarlah kamu selalu memakai pakaian yang indah dan wajahmu selalu ceria.\f + \fr 9:8 \fr*\fk terjemahan gaya bahasa \fk*\ft Kedua metafora dalam ayat ini dapat diterjemahkan secara lebih harfiah seperti ini, “Biarlah pakaianmu putih setiap saat, dan biarlah kepalamu tidak kekurangan minyak.”\ft*\f* \p \v 9 Nikmatilah hidup dengan istrimu, yang kamu cintai. Itulah upah yang Allah berikan atas segala jerih lelahmu selama hidup yang singkat dan sia-sia di dunia ini. \v 10 Apa pun yang kamu temukan untuk dikerjakan, kerjakanlah dengan sekuat tenaga, karena ketika kamu sudah masuk liang kubur, tidak ada lagi yang bisa kamu kerjakan maupun rencanakan. Di liang kubur tidak ada pengetahuan atau kebijaksanaan. \p \v 11 Aku juga memperhatikan hal-hal ini dalam hidupku di dunia ini: \q2 Orang yang mampu berlari paling cepat tidak selalu memenangkan perlombaan. \q2 Prajurit terkuat tidak selalu memenangkan pertempuran. \q2 Bahkan orang bijak bisa mengalami kelaparan. \q2 Orang yang pintar tidak selalu berhasil menjadi kaya. \q2 Dan orang yang memiliki pengetahuan tidak selalu sukses. \q1 Karena secara kebetulan siapa saja bisa mengalami kemalangan atau keberhasilan. \p \v 12 Seperti ikan dan burung yang tiba-tiba terperangkap dalam jala atau jerat, demikian juga tidak seorang pun yang tahu kapan dia akan ditimpa malapetaka. \s Kebijaksanaan lebih baik dari pada kekuatan \p \v 13 Aku juga melihat contoh yang aku anggap penting tentang bagaimana kebijaksanaan dihargai di dunia ini. \v 14 Ada sebuah kota kecil yang jumlah penduduknya sedikit. Pada suatu hari datanglah seorang raja terkenal yang ingin menguasai kota tersebut. Raja itu menyuruh pasukannya menyerang dan mengepung kota itu untuk menerobos masuk. \v 15 Di kota itu ada seorang miskin yang bijak. Melalui kebijaksanaannya, dia menyelamatkan kota itu. Tetapi sesudah kejadian itu berlalu, penduduk kota melupakan dia dan tidak menghormatinya. \v 16 Meski begitu, aku berpendapat bahwa lebih baik jika kamu memiliki kebijaksanaan daripada kekuatan. Tetapi bila kamu miskin, kamu akan dipandang rendah dan perkataanmu yang bijak tidak diperhatikan. \b \q1 \v 17 Lebih baik mendengarkan kata-kata yang disampaikan dengan suara lembut oleh orang bijaksana \q2 daripada teriakan seorang penguasa di antara kumpulan orang bebal. \q1 \v 18 Kuasa orang bijaksana lebih besar daripada kekuatan peralatan perang. \q2 Tetapi melibatkan satu orang bebal saja bisa merusakkan banyak kemajuan. \c 10 \s Peringatan untuk menghindari perilaku bebal \q1 \v 1 Sebagaimana satu bangkai lalat dapat menyebabkan seluruh minyak wangi dalam botol berbau busuk,\f + \fr 10:1 \fr*\fk minyak wangi … busuk. \fk*\ft Pada zaman itu, minyak wangi terbuat dari bahan alami yang bisa rusak. Kalimat ini bisa disejajarkan dengan peribahasa “Nila setitik merusak susu sebelanga.”\ft*\f* \q2 demikian juga sedikit kebebalan dapat menghilangkan kebijaksanaan dan kehormatan. \q1 \v 2 Pikiran orang bijak memimpinnya untuk melakukan hal yang benar, \q2 sedangkan pikiran orang bebal memimpinnya untuk melakukan hal yang jahat. \q1 \v 3 Kebebalan seseorang terlihat dari cara hidupnya. \q2 Biarpun belum kenal, orang bisa berkata, “Dia itu orang bebal!” \b \q1 \v 4 Ketika seorang pemimpin marah kepadamu, \q2 tetaplah tenang dan jangan berhenti mengerjakan tugasmu. \q2 Kalau kamu tetap tenang, dia bisa memaafkan meskipun kesalahanmu besar. \b \p \v 5 Ada lagi hal menyedihkan yang sudah aku perhatikan di dunia ini, yaitu kesalahan yang dilakukan penguasa: \v 6 Orang bebal ditempatkan pada posisi yang tinggi, sedangkan orang kaya ditempatkan pada posisi yang rendah. \v 7 Demikian juga aku pernah memperhatikan para budak menunggangi kuda, sedangkan para pembesar berjalan kaki seperti budak. \b \q1 \v 8 Hati-hatilah ketika menggali lubang, supaya jangan kamu jatuh ke dalamnya. \q2 Hati-hatilah ketika kamu membongkar pagar batu. Jangan sampai ular yang bersembunyi di situ menggigitmu. \q1 \v 9 Hati-hatilah ketika kamu bekerja di tambang. Jangan sampai tertimpa batu yang jatuh. \q2 Dan hati-hatilah waktu kamu membelah kayu, karena kapak bisa melukai dirimu. \q1 \v 10 Sangat bodoh kalau kamu bekerja dengan parang yang tumpul! Asahlah terlebih dulu, supaya kamu tidak bersusah payah saat memotong sesuatu. \q2 Begitu juga dengan kehidupan: Selalu lebih baik bekerja dengan bijaksana supaya kamu berhasil. \q1 \v 11 Apabila kamu seorang pawang ular, \q2 semua kerja kerasmu akan sia-sia kalau membiarkan ular itu menggigitmu sebelum kamu menjinakkannya. \b \q1 \v 12 Perkataan orang bijak mendatangkan kehormatan baginya, \q2 tetapi ketika orang bebal membuka mulut, dia hanya mencelakakan dirinya sendiri. \q1 \v 13 Ucapannya dimulai dengan kebodohan. \q2 Semakin lama dia berbicara, semakin seperti orang gila. \q3 \v 14 Tetapi dia terus saja bicara. \b \q1 Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di hari esok. \q2 Siapa di antara manusia yang tahu pasti tentang masa yang akan datang? \b \q1 \v 15 Orang bebal cepat merasa lelah karena bekerja tanpa berpikir panjang. \q2 Maka orang-orang bergurau, “Lihat! Dia bahkan tidak tahu jalan pulang!”\f + \fr 10:15 \fr*\fk bergurau, … tidak tahu jalan pulang! \fk*\ft Terjemahan harfiahnya adalah, “Dia tidak tahu jalan ke kota.”\ft*\f* \b \q1 \v 16 Sebuah kerajaan menghadapi banyak masalah ketika rajanya seorang kanak-kanak \q2 dan para pejabatnya berpesta sepanjang malam sampai pagi. \q1 \v 17 Tetapi diberkatilah kerajaan yang rajanya berwibawa, \q2 yang para pemimpinnya makan pada waktu yang seharusnya, dapat menguasai diri, dan tidak mabuk. \b \q1 \v 18 Seorang pemalas tidak mau memperbaiki atap rumahnya yang bocor— sekecil apa pun, \q2 hingga lama-kelamaan seluruh atap rumahnya runtuh karena lapuk. \b \q1 \v 19 Selagi ada uang, seseorang bisa menyediakan makanan dan anggur untuk menyenangkan para tamu undangannya. \b \q1 \v 20 Jangan menjelekkan raja atau orang kaya sama sekali! \q2 Baik secara pribadi di dalam kamar tidurmu maupun hanya di dalam hatimu, jangan! \q2 Karena pendapatmu bisa sampai kepadanya, \q3 seolah-olah lantai dan dinding pun bertelinga.\f + \fr 10:20 \fr*\fk seolah-olah lantai … \fk*\ft TSI menerjemahkan dengan menggunakan idiom dalam bahasa Indonesia. Harfiahnya, “Karena seekor burung bisa mendengar dari jendela dan terbang melaporkan pendapatmu kepadanya.”\ft*\f* \c 11 \s Nasihat menghadapi ketidakpastian dalam hidup \q1 \v 1 Juallah hasil panenmu ke negeri asing, \q2 karena sesudah beberapa waktu, kamu akan menerima keuntungannya. \q1 \v 2 Bagilah penghasilanmu dalam berbagai usaha, \q2 karena kamu tidak tahu bencana apa yang akan terjadi. \b \q1 \v 3 Apabila melihat awan gelap dan tebal, jangan heran kalau hujan turun. \q2 Ke arah mana pun pohon tumbang, di sanalah pohon itu tetap tergeletak. \q1 \v 4 Namun jangan terlalu dipengaruhi oleh situasi, \q2 karena kalau kamu selalu menunggu sampai angin dan cuaca menjadi sempurna, \q2 kamu tidak akan pernah menabur benih dan tidak akan memanen hasilnya. \b \q1 \v 5 Sebagaimana kamu tidak bisa menebak arah angin akan bertiup, \q2 atau mengerti bagaimana tubuh seorang bayi terbentuk di dalam rahim ibunya, \q1 demikianlah kamu tidak dapat mengerti berbagai pekerjaan Allah, Pencipta segala sesuatu. \b \q1 \v 6 Taburlah benihmu di pagi hari dan lakukanlah berbagai usaha yang lain sampai waktunya tidur di malam hari. \q1 Karena kamu tidak tahu usaha mana yang akan berhasil— atau malah semuanya akan berhasil dengan baik. \s Nasihat untuk para pemuda \q1 \v 7 Alangkah bahagianya melihat cahaya matahari di pagi hari. \q2 Senang sekali rasanya bisa hidup. \q1 \v 8 Namun ingatlah bahwa suatu hari kamu akan mati, dan masa dalam kematian itu jauh lebih lama dibandingkan hidup di dunia ini. \q1 Maka kalau kamu diberi umur panjang, bersyukurlah dan nikmatilah setiap hari, \q2 sebab apa yang terjadi sesudah kematian masih misteri.\f + \fr 11:8 \fr*\fk misteri \fk*\ft Kata yang diterjemahkan ‘misteri’ secara harfiah adalah ‘sia-sia.’ Akan tetapi, dalam konteks kematian, yang dimaksud adalah kita tidak bisa memahami apa yang akan terjadi pada kita sesudah mati.\ft*\f* \b \q1 \v 9 Hai anak muda, bersenang-senanglah selama kamu masih muda! \q2 Lakukanlah apa pun keinginan hatimu. \q1 Tetapi ingatlah bahwa kelak kamu harus bertanggung jawab kepada Allah atas semua yang kamu perbuat. \q1 \v 10 Usirlah rasa kuatir dari hatimu, karena kamu masih sehat. \q2 Tetapi ingat, masa mudamu akan cepat berlalu. Semuanya sia-sia! \c 12 \q1 \v 1 Ingatlah Penciptamu pada masa mudamu, \q2 sebelum kamu menjadi tua dan hidupmu susah \q2 hingga kamu berkata, \q2 “Aku tidak bisa lagi menikmati kesenangan hidup ini.” \q1 \v 2 Karena waktu kamu tua, sudah terlambat untuk melakukan kehendak Penciptamu. \q2 Pada waktu itu matamu begitu kabur sehingga tidak lagi bisa melihat bintang dan bulan. \q2 Dan siang tak lagi terlihat terang— tetapi seperti langit yang selalu tertutup awan gelap. \q2 \v 3 Tangan dan kaki yang dulu kuat akan gemetar. \q2 Dulu kamu berdiri tegak, \q3 tetapi nanti tulang belakangmu akan menjadi bengkok. \q2 Gigimu dulu lengkap, \q3 tetapi nanti gigimu akan habis hingga kamu sulit makan. \q2 Waktu itu matamu masih melihat, \q3 tetapi seperti bayangan saja.\f + \fr 12:3 \fr*\fk berbagai metafora \fk*\ft Ayat 3-6 mengandung beberapa metafora yang menggambarkan bagian-bagian tubuh. Karena itu, TSI menjelaskan metafora ini dengan sederhana. Ayat 3 secara lebih harfiah dapat diterjemahkan, “Pada waktu para penjaga rumah gemetar, orang-orang kuat membungkuk, perempuan-perempuan yang menggiling berhenti karena mereka hanya sedikit, dan perempuan-perempuan yang melihat dari jendela menjadi kabur pandangannya.”\ft*\f* \b \q1 \v 4 Waktu masih muda, kamu dapat membedakan bunyi-bunyian di luar pintu rumahmu,\f + \fr 12:4 \fr*\fk Waktu … di luar pintu rumahmu \fk*\ft Terjemahan harfiahnya adalah, “Pada waktu pintu-pintu di jalan tertutup.”\ft*\f* \q2 bunyi pembantu yang menggiling gandum, dan suara-suara burung. \q2 Tetapi sesudah tua, telingamu tidak bisa membedakan bunyi lagi, \q3 dan sebelum burung kecil mulai berkicau di waktu fajar, kamu sudah terbangun. \b \q1 \v 5 Pada waktu kamu tua, kamu akan takut naik tangga \q3 ataupun berjalan di tempat yang rata. \q2 Rambutmu akan menjadi putih seperti salju.\f + \fr 12:5 \fr*\fk rambutmu \fk*\ft Terjemahan harfiahnya adalah, “Pohon badam berbunga.” Bunga putih pohon ini menjadi kiasan rambut putih orang yang tua.\ft*\f* \q2 Seperti belalang tua yang tidak bisa melompat lagi, demikianlah kamu pada masa tuamu nanti. \q2 Pada waktu itu obat untuk membangkitkan hasrat berahi pun tidak ampuh lagi.\f + \fr 12:5 \fr*\fk obat untuk membangkitkan … \fk*\ft Terjemahan harfiahnya adalah, “Biji kaper tidak lagi berguna.” Biji bunga kaper bisa dimakan dan dianggap dapat membangkitkan hasrat berahi.\ft*\f* \q1 Akhirnya kamu meninggal dan pergi ke tempatmu yang kekal,\f + \fr 12:5 \fr*\fk tempatmu yang kekal \fk*\ft Terjemahan harfiahnya adalah ‘rumahnya yang kekal.’ Kata ini juga bisa berarti kuburan atau Syeol. Lihat catatan di Mzm. 6:5.\ft*\f* \q2 dan teman-teman di kotamu akan meratap. \b \q1 \v 6 Ingatlah pada Penciptamu sebelum hidupmu berakhir— \q2 bagaikan tali kalung perak halus yang patah, \q2 atau mangkuk emas yang diremukkan. \q1 Selesailah segala kegiatan hidupmu— \q2 bagaikan pompa air sumur yang rusak total. \q1 Tubuhmu hancur— \q2 seperti bejana tanah liat yang diremukkan.\f + \fr 12:6 \fr*\fk bagaikan tali kalung perak … \fk*\ft Keempat benda dalam ayat ini merupakan metafora yang menggambarkan kematian. TSI membuat arti metafora jelas dalam terjemahan.\ft*\f* \b \q1 \v 7 Lalu tubuhmu yang berasal dari tanah akan kembali menjadi tanah seperti semula, \q2 dan nafas kehidupanmu akan kembali kepada Allah yang memberikannya kepadamu. \s Kesimpulan: Takut dan hormatlah pada Allah \p \v 8 Jadi, sebagai penasihat yang menulis semua ini, aku berkata: Segala sesuatu dalam hidup ini sia-sia saja! Sangat sia-sia! \p \v 9-10 Aku sebagai penasihat sudah berusaha menjadi guru yang bijak agar dapat mengajarkan pengetahuan kepada orang lain dengan cara yang jujur dan benar. Aku juga menyelidiki pepatah-pepatah yang sudah ada, membuat pepatahku sendiri, dan menyusunnya menjadi kumpulan pepatah yang indah didengar. \b \q1 \v 11 Ajaran orang-orang bijak bagaikan tongkat seorang gembala \q2 yang dipakainya untuk membimbing dan mengarahkan domba-dombanya. \q1 Biarlah setiap pepatah yang aku berikan, sebagai penasihat dan gembala, tertanam dalam pikiran setiap pelajar dan mengarahkan mereka untuk hidup benar.\f + \fr 12:11 \fr*\fk tertanam … \fk*\ft Ada beberapa cara untuk memahami dua metafora dalam ayat ini. Terjemahan harfiahnya adalah, “Perkataan orang bijak seperti tongkat tajam dan paku yang tertancap kuat, yang diberikan oleh seorang gembala itu.” TSI menjelaskan arti kedua metafora tesebut.\ft*\f* \q1 \v 12 Hai anakku, pelajarilah kumpulan nasihat yang aku ajarkan ini, \q2 tetapi hati-hatilah terhadap buku nasihat dari penulis lain. \q1 Orang-orang akan terus menulis buku. \q2 Terlalu banyak belajar dari buku-buku \q3 hanya membuatmu kelelahan. \b \q1 \v 13 Sesudah mengetahui semua itu, inilah kesimpulannya: \q2 Takut dan hormatlah kepada Allah, dan taatilah segala perintah-Nya! \q3 Itulah kewajiban kita yang utama. \q1 \v 14 Sebab Allah akan menghakimi segala perbuatan kita— \q2 yang baik maupun buruk, \q3 bahkan yang tersembunyi.